Musibah, Ketika Allah Murka!

Musibah jebolnya tanggul Situ Gintung menyisakan banyak pertanyaan. Sebagian masyarakat menyalahkan kelalaian pemerintah akibat tidak melakukan pemeliharaan tanggul Situ Gintung yang sudah tua tersebut. Sebagian mempertanyakan sikap dan perilaku masyarakat (juga pemerintah) yang tidak ‘bersahabat’ dengan alam, sehingga alam murka dan datanglah musibah. Mengapa tidak pernah ditanyakan apa sebabnya alam bisa murka ? Siapa yang menciptakan alam dan memerintahkannya untuk murka ? Perbuatan atau maksiat apa yang dilakukan masyarakat sehingga Allah murka ?

Alam Marah Atau Allah Murka ?
Hingga saat ini masih banyak manusia meyakini bahwa semua musibah-musibah yang terjadi di dunia, apakah gempa, tsunami, longsor, banjir bah, angin topan, dan sebagainya adalah karena alam yang marah atau murka kepada manusia. Manusia dianggap telah merusak lingkungan, maka marahlah alam. Betulkah demikian ?

Rasulullah Saw bersabda :
“Umat ini akan mengalami khasaf (tanah runtuh), masakh (dirubah bentuknya), dan pembunuhan, jika alat musik dan khamr (minuman keras) merajalela.” (Musnad Abu Ya’la)

Badai, banjir, adalah termasuk pasukan Allah I, yang dikirim kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Ketika sebuah musibah atau bencana terjadi, maka seharusnya kita berfikir dan merenung, kemaksiatan apa yang telah kita lakukan sehingga Allah mengirimkan bencananya kepada kita. Larangan-larangan apa saja yang kita kerjakan sehingga Allah murka dan mengirim-kan pasukannya berupa air bah dan sebagainya.

Syekh Muhammad Rowi, seorang ulama dari Kairo, Mesir, mengatakan :
Saya ingin mengingatkan, bahwa gempa dapat terjadi dimana saja. Maka itu adalah peringatan bagi seluruh makhluk agar mereka sadar bahwa bumi yang telah Allah jadikan sebagai tempat tinggal mereka tunduk terhadap perintah Allah.

Demikianlah Allah I mengingatkan orang-orang yang lalai, dengan mendatangkan tanda-tanda dan peringatan-Nya.

“…Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” (QS. Al Isra’ : 59)

“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?” (QS. Al A’raf : 7)

“Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu dhuha ketika mereka sedang bermain?” (QS. Al A’raf : 98)

“Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah, tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf : 99)

Hal paling penting dari musibah yang terjadi adalah mengambil pelajaran dari bencana-bencana ini. Setiap bencana yang terjadi bisa jadi itu merupakan peringatan bagi manusia bahwa mereka lemah dan tidak mampu menolak bencana seperti ini, atau mereka telah berjalan jauh menyimpang dari syari’at Allah. Lalu dengan bencana ini Allah ingin meluruskan kembali jalan manusia dan menjadikan mereka kembali pada-Nya.

Hikmah Musibah.

Ibnu Qayyim berkata:
“Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusanNya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah. Namun akal kita sangat terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia dibawah sinar matahari. Dan ini pun hanya kira-kira, yang sebenarnya tentu lebih dari sekedar gambaran ini.”

Diantara beberapa hikmah yang bisa kami kutip diantaranya:
1. Sabar sebagai konsekuensi menghadapi kesulitan dan kesusahan. Allah berfirman: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan…” (QS. Al-Baqarah : 155-157)

2. Menghapuskan dosa dan kesalahan. Allah berfirman: “…dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan-mu).” (QS. Asy-Syura : 30)

Dari Sahabat Abu Hurairah dan Abu Sa’id Ra : Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah gulanaan hingga duri yang menusuknya melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari)

3. Dicatat sebagai kebaikan dan derajat ditinggikan. “Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, melainkan ditetapkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya.” (HR. Muslim)

4. Jalan menuju syurga. Allah berfirman dalam sebuah hadist qudsi: “Tidaklah ada suatu balasan (yang lebih pantas di sisiKu bagi hambaKu yang beriman, jika Aku telah mencabut nyawa kesayangannya dari penduduk dunia kemudian dia bersabar atas kehilangan orang kesayanagnnya itu, melainkan Surga.” (HR. Bukhari)

5. Membawa keselamatan dari api neraka. “Janganlah kamu mencacimaki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan menghapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi” (HR. Muslim)

6. Mengembalikan hamba kepada Rabb-nya dan mengingat kelalaiannya. Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-Rasul kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami timpa mereka dengan kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk dan merendahkan diri.” (QS. Al-An’am : 42)

7. Mensucikan hati. Ibnu Qayyim radiallahuanhu berkata:
“Hati dan ruh bisa mengambil manfaat dari penderitaan dan penyakit yang merupakan urusan yang tidak bisa dirasakan kecuali jika di dalamnya ada kehidupan. Kebersihan hati dan ruh tergantung kepada penderitaan badan dan kesulitannya.” (Tuhfatul Mariidh hal 25)

Wallahu’alam bis showab!

Share the Post: