Puasa mengajarkan mencintai kaum miskin

(Abujibriel.com)—Yaa ayyuhal ikhwah, pada beberapa pekan terakhir ini kita banyak diingatkan untuk melaksanakan puasa sunnah Muharram, diantaranya puasa Tasu’a, puasa Asyuro’, dan yang mengikutinya puasa ayyamul bidh. Demikian pula pada bulan-bulan sebelumnya dan juga setelahnya. Begitu sering dan rutinnya umat Islam dalam melakukan amalan ini. Terlepas dari fadhilah atau keutamaan ataupun dari bentuk ganjaran yang insyaa Allah akan diperoleh oleh masing-masing individu muslim, terdapat sebuah fungsi penting yang memiliki manfaat horizontal dalam hubungannya dengan muamalah sesama manusia. Fungsi yang dimaksud adalah dengan berpuasa akan mendidik seorang muslim untuk tumbuh memiliki kepedulian sosial dan memiliki kecintaan terhadap kaum miskin.
Mengapa harus memiliki kecintaan terhadap kaum miskin? Terdapat beberapa faktor yang nanti akan dijabarkan, namun yang menjadi alasan utama adalah karena Rasulullah banyak memerintahkan umat perihal ini sampai-sampai seorang sahabat—Abu Dzarr al-Ghifari pernah diwasiati oleh beliau shalallahu ‘alaihi wassallaam. Ia menyampaikan:

أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي بِسَبْعٍ : بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ، وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا.

“Kekasihku (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau menasehatiku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia.” (HR. Ahmad)
Mengapa dengan berpuasa seorang muslim diharapkan bisa mempedulikan si miskin? Alasannya karena ketika di masa-masa berpuasa, seseorang akan lebih sensitif—baik secara fisik maupun psikologisnya. Secara fisik, ia akan merasakan badan yang lemah karena menahan masuknya makanan dan minuman yang amat diperlukan oleh tubuh yang hidup. Dengan begitu ia akan dapat merasakan bagaimana kepayahan si miskin yang harus menahan rasa lapar dan dahaga lebih sering dan lebih lama ketimbang dirinya. Bila dirinya hanya merasakan kelemahan itu untuk beberapa jam saja, maka boleh jadi si miskin hari ini mampu memenuhi kebutuhan makannya akan tetapi entah yang terjadi besok dan hari-hari selanjutnya. Secara psikologis, dengan berpuasa maka akan muncul kepedulian dan rasa sosial yang tinggi untuk senantiasa ikut memikirkan dan turun-tangan dalam membantu kesulitan hidup si miskin tersebut.
Adapun fadhilah dalam`menumbuhkan kepekaan sosial dan kecintaan terhadap kaum miskin, diantaranya adalah:
1. Memunculkan sifat ketawadhuan dan qona’ah

Tawadhu adalah sifat merendahkan diri dalam pandangan keduniaan, sedangkan qona’ah merupakan sifat yang senantiasa merasakan diri berada dalam kecukupan.Kedua sifat mulia ini akan menghiasi pribadi seorang muslim.Tidaklah ia menjadi seseorang yang berkemampuan jika Allah tidak menghendakinya demikian. Hal ini akan menguatkan kesadaran diri bahwa apa-apa yang dimilikinya merupakan titipan yang juga terdapat kemanfaatan bagi orang di luar dirinya. Tinggallah harta tersebut menjadi ujian bagi dirinya—apakah menjadi mafsadat ataukah justru menjadi mudharat. Allah Ta’ala berfirman:

“Wahai manusia, Allah adalah Tuhan yang menjadi¬kan kalian sebagai pengelola-pengelola di bumi. Allah menjadikan nasib kalian berbeda-beda, sehingga sebagian kalian ada yang melebihi sebagian lainnya. Perbedaan nasib itu untuk menguji kalian dalam menggunakan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada kalian. Tuhan kalian sangat cepat dalam menimpakan siksa-Nya kepada orang yang durhaka. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada semua makhluk-Nya.” (QS. al-An’am, 6:165)
Sementara itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan umatnya untuk memiliki sifat-sifat qona’ah:

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ.

“Lihatlah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau melihat orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu” (HR. Muttafaqun ‘alaihi)
2. Kemudahan dalam mendapatkan rezeki dan pertolongan Allah

Salah-satu penyebab datangnya rezeki dari Allah adalah adanya do’a dari kaum dhuafa yang mendapatkan pertolongan dari seorang muslim. Kebahagiaan yang mereka rasakan tatkala mendapat bantuan akan menhttps://www.abujibriel.com/wp-content/uploads/2020/11/single-post-featured-image10.jpgg mereka untuk membalas kebaikan yang dirasakan dengan mendo’akan. Keikhlasan do’a mereka inilah yang jika Allah berkehendak akan mampu terijabah. Seperti sebuah hadits berikut:

إِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هَذَهِ اْلأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا: بِدَعْوَتِهِمْ، وَصَلاَتِهِمْ، وَإِخْلاَصِهِمْ.

“Sesungguhnya Allah menolong umat ini dengan sebab orang-orang lemah diantara mereka, yaitu dengan doa, shalat, dan keikhlasan mereka.” (HR. An-Nasa’i)
Demikian juga hadits berikut:

هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ

“Kalian hanyalah mendapat pertolongan dan rezeki dengan sebab adanya orang-orang lemah dari kalangan kalian” (HR. Bukhari)
Allah Ta’ala memfirmankan bahwa setiap kebaikan adalah sedekah, sedangkan Allah Ta’ala menjanjikan balasan kebaikan adalah 10 kali lipat, yaitu dalam firman-Nya:

“Siapa saja yang beramal shalih, ia akan mendapatkan pahala sepuluh kali lipat dari amalnya… “ (QS. al-An’am, 6:160)

3. Kemudahan dalam urusan dunia serta kemudahan di akhirat kelak.

Barangsiapa yang menghendaki urusannya dimudahkan, maka mulailah untuk memudahkan urusan seorang mukmin. Hal ini juga merupakan salah-satu wasiat Rasulullah melalui Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ…

“Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan kesulitan orang yang dililit hutang, Allah akan memudahkan atasnya di dunia dan akhirat ” (HR. Muslim)
4. Sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah Ta’ala

Sebagai seorang mukmin, sejatinya ia senang melakukan pendekatan kepada Rabb-nya, sehingga dengan berbagai-bagai daya dan upaya ia akan penuhi kepentingan tersebut demi ketercapaian guna meraih ridho Rabb-nya. Berinfaq kepada kaum dhuafa menjadi salah-satu amalan yang juga ditekuninya sebab Allah lah yang mengatakannya dalam sebuah ayat:

“Sebagian orang Arab Badui ada yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Mereka beranggapan bahwa harta yang didermakan itu sebagai usaha mendekatkan diri kepada Allah dan untuk memperoleh do’a Rasul-Nya. Wahai Muhammad, ketahuilah bahwa perbuatan itu adalah benar sebagai usaha mereka mendekatkan diri kepada Allah. Pada hari kiamat kelak, Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga-Nya. Sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada semua makhluk-Nya.(QS. at-Taubah, 9:99)

5. Merupakan salah-satu amalan berjihad fisabillillah

Seorang muslim tentunya menghendaki kehidupannya bermanfaat bagi sesama muslim lainnya. Sikap hidupnya seorang muslim juga tertuju pada upaya-upaya bagaimana memakmurkan Islam dan kaum muslimin. Pembelaannya terhadap Islam dan terhadap izzah kaum muslimin sedemikian besarnya. Dahulu Rasulullah pernah bersabda:

السَّاعِى عَلَى اْلأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِيْنِ كَالْمُجَاهِدِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ –وَأَحْسِبُهُ قَالَ-: وَكَالْقَائِمِ لاَ يَفْتُرُ وَكَالصَّائِمِ لاَ يُفْطِرُ.

“Orang yang membiayai kehidupan para janda dan orang-orang miskin bagaikan orang yang berjihad fi sabilillah.” –Saya (perawi) kira beliau bersabda, “Dan bagaikan orang yang shalat tanpa merasa bosan serta bagaikan orang yang berpuasa terus-menerus.” (HR. Muslim)
Oleh karenanya janganlah seorang muslim meremehkan perkara ini—berjihad fisabillah—amalan mulia ciri agama ini.
Demikian beberapa fadhilah dari amalan puasa yang akan mengajarkan seorang muslim mencintai orang miskin. Melalui pelaksanaan puasa, insyaa Allah ujian harta dan derajat yang dititipkan Allah akan benar-benar menjadi karunia yang memiliki keberkahan. Sebagai penutup, dahulu Rasulullah pernah melafalkan sebuah do’a berikut:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ وَأَنْ تَغْفِرَ لِى وَتَرْحَمَنِى وَإِذَا أَرَدْتَ فِتْنَةَ قَوْمٍ فَتَوَفَّنِى غَيْرَ مَفْتُونٍ أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُ إِلَى حُبِّكَ

(Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran, serta aku memohon pada-Mu supaya bisa mencintai orang miskin, ampunilah (dosa-dosa)ku, rahmatilah aku, jika Engkau menginginkan untuk menguji suatu kaum maka wafatkanlah aku dalam keadaan tidak terfitnah. Aku memohon agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang dapat mendekatkan diriku kepada cinta-Mu).” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Demikian semoga bermanfaat wallahu a’lam bisshowwab… (Abdurrahman)

Share the Post: